Tantangan Polri di Era Geopolitik 2025: Refleksi Filosofis, Ontologis, dan Aksiologis

Tantangan Polri di Era Geopolitik 2025: Refleksi Filosofis, Ontologis, dan Aksiologis

Tribratanewskupang.com----Kombes Pol Hendry Novika Candra S.I.K, M.H

Kabid Humas Polda Ntt

Tahun 2025 ditandai dengan situasi geopolitik yang penuh dinamika. Konflik perdagangan, ketegangan kawasan, serta derasnya perkembangan teknologi digital membawa dampak langsung terhadap stabilitas sosial, ekonomi, dan keamanan nasional. Dalam kondisi seperti ini, Polri memikul tanggung jawab besar untuk menjaga keamanan dalam negeri sekaligus merawat kepercayaan publik.

Fenomena false flag (rekayasa narasi untuk menyalahkan pihak lain), simulacra (realitas semu yang dibentuk dunia digital), dan bumi hangus (strategi destruktif yang kini hadir dalam bentuk serangan siber) kian nyata memengaruhi kehidupan masyarakat. Polri dituntut untuk tidak hanya bertindak sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai penyejuk, pendidik, dan pelayan publik agar bangsa ini tetap kuat menghadapi segala tantangan.


Perspektif Filosofi: Menemukan Esensi di Tengah Hiperrealitas

Dalam era hiperrealitas seperti yang dipaparkan Jean Baudrillard, simbol dan rekayasa sering kali tampak lebih nyata dibandingkan kenyataan itu sendiri. Di sinilah Polri memiliki peran penting untuk menghadirkan kejujuran di tengah kepalsuan dan menghadirkan ketenangan di tengah kegaduhan.


Perspektif Ontologi: Hakikat Ancaman di Era Digital

Ancaman kini tidak lagi hanya berbentuk fisik, tetapi juga hadir dalam ruang siber. Serangan digital, penyebaran hoaks, dan manipulasi opini publik adalah ancaman yang bisa menggoyahkan stabilitas sosial. Polri harus mendefinisikan ulang hakikat keamanan—yaitu melindungi masyarakat tidak hanya di ruang nyata, tetapi juga di ruang maya yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.


Perspektif Aksiologi: Nilai Etis dan Humanis sebagai Fondasi

Di tengah banjir informasi yang kerap menyesatkan, Polri harus menjaga nilai keadilan, transparansi, dan kemanusiaan. Penegakan hukum tidak boleh kehilangan wajah humanis, karena Polri hadir untuk menumbuhkan rasa aman, memperkuat kepercayaan publik, dan menjaga harmoni sosial.


Tribrata dan Catur Prasetya: Kompas Moral Polri

Di atas semua itu, Polri harus senantiasa berpegang teguh pada Tribrata dan Catur Prasetya. Nilai luhur ini menjadi kompas moral agar setiap insan Bhayangkara tetap menjadi Insan Rastra Sewakottama—abdi utama bangsa—yang menjalankan tugas dengan penuh dedikasi, keikhlasan, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berlandaskan Tribrata dan Catur Prasetya, Polri akan selalu berada di jalur pengabdian yang tulus sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.


Strategi Humanis Polri

Untuk menjawab tantangan masa kini, Polri memperkuat langkah-langkah strategis:

  • Perencanaan: deteksi dini terhadap ancaman sosial maupun digital.

  • Pengorganisasian: sinergi lintas sektor dengan masyarakat, akademisi, media, dan lembaga negara.

  • Pelaksanaan: pendekatan humanis dalam pelayanan publik.

  • Pengendalian: mengedepankan transparansi dan profesionalisme agar kepercayaan publik tetap terjaga.


Penutup: Optimisme Menatap Masa Depan

Tantangan geopolitik 2025 memang penuh kompleksitas. Namun dengan memegang teguh nilai Tribrata dan Catur Prasetya, Polri akan terus hadir sebagai pilar ketenangan, penegak hukum yang humanis, dan sahabat masyarakat.

Mari bersama-sama menjaga kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Karena hanya dengan itu, bangsa ini akan tetap berdiri kokoh menghadapi arus zaman, dan Polri akan selalu menjadi sahabat rakyat yang setia mendampingi setiap langkah perjalanan Indonesia.